Pengertian
Kepemimpinan
Beberapa
pendapat mengenai intisari pengertian kepemimpinan :
1)Aktivitas
mempengaruhi
(Ordway
Tead)
2)Kemampuan
mengajak
(Reuter,
Robert M.Fulmer, Keith Devis)
3)Menggunakan
wewenang dan membuat keputusan
(Dubin)
4)Awal
dari tindakan
(Hemphill)
5)Hubungan
Kekuasaan
(K.F.
Janda)
6)Proses
mengarahkan
(James
A.F Stoner)
7)Hubunganantarpribadi
(FredE.
Flieder)
8)Proses
antarpribadimanajermempengaruhipegawai
(David
R. Hampton)
9)Aktivitas
yang memudahkankelompok
(Theodore
Herbert)
10)Senimengkoordinasikandanmemahami
(John
D. Pfiffner, Robert Presthus)

Kepemimpinan
juga bisa di artikan Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti
manajerial pada suatu organisasi.
‘Nonsanctioned Leadership’ merupakan kemampuan untuk member
pengaruh di luar struktur formal organisasi yang kepentingannya sama atau
bahkan melebihi pengaruh struktur formal. Dengan kata lain,seorang pemimpin
dapat saja muncul dalam suatu kelompok walaupun tidak diangkat secara formal.
Perbedaan Leadership dan Management
Kepemimpinan sering kali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Padahakikatnya
kepemimpinan mempunyai pengertianagak luas dibandingkan dengan manajemen.
Dalam
arti yang luas kepemimpinan dapat digunakan setiap orang dan tidak
hanyaterbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi
perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Disini, menurut kami
,kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma
birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu.
Melainkan kepemimpinan bisa terjadi di manasaja, asalkan seseorang menunjukkan
kemampuannya mempengaruhi orang-orang lain ke arah tercapainya tujuan tertentu.
Seorang
ulama dapat diikuti orang lain dan memiliki pengaruh yang besar terhadap
orang-orang di daerahnya, tidak harus terlebih dahulu diikat oleh aturan-aturan
atau ketentuan-ketentuan organisasi yang sering dinamakan birokrasi. Konkretnya
seorang kiai atau ulama, dengan pengaruhnya yang besar, mampu mempengaruhi
tingkah laku seorang Bupati Daerah, di dalam memimpin daerahnya, sehingga tidak
harus pegawai itu menjadi pegawai di Kabupaten.
Dari
contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan tidak harus terjadi dalam
suatu organisasi tertentu. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata krama
birokrasi atau dikaitkan dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan
manajemen.
Dari
penjelasan di atas, maka dapat saja terjadi seorang manajer berperilaku sebagai
seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu menyandang
manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata lain, seorang leader
atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa
berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin.
Arti
Pentingnya Proses Kepemimpinan dalam Organisasi
Sejak
dahulu kala, manusia-bila berkumpul bersama untuk mencapai tujuan-telah
merasakan kebutuhan akan seorang pemimpin; sehingga peranan pemimpin telah
sedemikian dilembagakan; misalkan saja sebagai kepala suku, kepala keluarga,
kepala desa, camat, bupati sampai kepala Negara. Efektivitas dari struktur
kepala Negara yang ada ternyata, setelah dicermati, pada kualitas seorang
pemimpin yang muncul di dalam suatu lembaga atau organisasi, baik kepemimpinan
itu bentuknya formal maupun non formal.
Tujuan
Kepemimpinan
Dalam
kaitannya dengan hubungan atasan-bawahan, pimpinan harus mempertimbangkan dua
strategi pokok:
·Pimpinan
harus berfungsi sebagai“coach” dan“mentor”, pembimbing, pengarah,
dan penasehat bagi pegawainya.
·Praktek-praktek
supervise diusahakan agar dapat memberdayakan para pegawai; seperti usaha untuk
menidentifikasikan serta menghilangkan semua hambatan yang dirasakan pegawai
untuk bekerja yang baik, mengembangkan mereka dengan pelatihan-pelatihan
tambahan, serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk berkinerja dengan baik.
Metode-Metode
Kepemimpinan
Setiap
pemimpin memiliki kecenderungan yang berbeda-beda dalam gaya kepemimpinan ini.
Ada yang cenderung pada penyelesaian pekerjaan, namun juga ada yang lebih
kepada membangun relasi sosial.Pemimpin dalam organisasi-organisasi bisnis
umumnya lebih memfokuskan pada fungsi yang terkait pada pekerjaan, manakala
pemimpin di organisasi-organisasi kemahasiswaan atau organisasi non profit
umumnya lebih memfokuskan pada fungsi yang terkait pada relasi sosial.
Gaya
kepemimpinan akan ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu dari segi latar
belakang, pengetahuan, nilai, dan pengalaman dari pemimpin tersebut.
Pemimpin yang menilai bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan dari
kepentingan individu akan memiliki kecenderungan untuk memiliki gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan. Demikian pula sebaliknya,
pemimpin yang dibesarkan dalam lingkungan yang
Menghargai
perbedaan dan relasi antar manusia akan memiliki kecenderungan untuk bergaya
kepemimpinan yang berorientasi pada orang-orang. Namun selain keempat faktor
tersebut, karakteristik dari bawahan atau orang-orang yang
dipimpin juga perlu dipertimbangkan sebelum menentukan gaya kepemimpinan apa
yang sebaiknya digunakan. Jika orang-orang yang dipimpin cenderung untuk
menyukai keterlibatan dalam berbagai hal, memiliki inisiatif yang tinggi,
barang kali gaya yang perlu dilakukan lebih cenderung memadukan kedua gaya
kepemimpinan yang ada melalui apa yang dinamakan sebagai manajemen
partisipatif, dimana dalam pendekatan manajemen partisipatif ini faktor
orientasi sosial diakomodasi melalui keterlibatan orang-orang (apakah dalam
penyusunan tujuan, penyelesaian masalah, dan lain sebagainya) dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Telah
terjadi perdebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah ada gaya
kepemimpinan normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada gagasan
bahwa gaya ideal itu ada: yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam
penetapan tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipatif dan
memusatkan tujuan baik terhadap karyawan dan tugas. Penelitian-Penelitian
teorimotivasi sebelumnya juga mendukung bahwa pendekatan manajemen partisipatif
sebagai yang ideal. Banyak praktisi manajemen merasa konsep-konsep tersebut
membuat peningkatan prestasi dan perbaikan sikap.
Di
lain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik
dibawah berbagai kondisi, pada kenyataannya lebih efektif dibandingkan
pendekatan lain. Jadi, pengalaman-pengalaman kepemimpinan mengungkapkan bahwa
dalam berbagai situasi pendekatan otokratik mungkin yang paling baik, dalam
berbagai situasi lain pendekatan partisipatif yang lebih efektif atau
pendekatan orientasi-tugas dibanding pendekatan orientasi-karyawan dari sisi
lain. Kesimpulan yang dapat dibuat, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya
kepemimpinan yang paling tepat tergantung pada beberapa variabel yang saling
berhubungan.
No comments:
Post a Comment